Minggu, 02 Februari 2014

Perjalanan ini



Mengenal dakwah bagiku adalah sebuah anugerah,Betapa banyak  manfaat yang didapat dan betapa luar biasa hikmah yang ada dibalik perjalanan dakwah ini.
Masa itu, Aku masih duduk dibangku SMA. Masa yang labil dan penuh godaan bagi ku. Lingkungan yang beragam adalah tantangan terberat. Masa SMA aku memang tidak begitu memperdulikan pergaulan tapi lebih focus kepada pelajaran , bagaimanapun papa dan mamak telah bersusah payah menyekolahkan ku maka tak pantas rasanya jika ku abaikan amanah itu. Ketika itu aku belum mengenal apa itu tarbiah apa itu dakwah dan apa itu rohis. Aku mengenalnya ketika kakak pertama ku yang berkuliah di IAIN SUMUT . waktu  pertama kali aku melihatnya pulang ke kampung dengan mengenakan jilbab besar sempat membuat ku heran. Tapi aku tak berniat untuk menanyakan perihal itu. Aku lebih suka membahas oleh oleh yang dibawanya , salah satunya adalah buku. Ya.. kakak ku punya banyak buku katanya harganya murah murah disana. Jelas murah buku buku itu dibelinya di “titi gantung” sekarang lebih dekenal dengan jalan Stasiun kereta api atau jalan Merdeka Walk. Disana banyak terdapat buku-buku bekas dan harganya sudah pasti murah-murah.
“kak bawa buku gak?”
“Bawa tuh di tas kakak”
Kali ini dia membawa beberapa majalah “Annida”. Awalnya aku tak mengerti perihal majalah itu. “pasti membosankan “ pikirku.
Walau begitu, aku tetap membaca majalah itu, halaman demi halaman ku jajaki dan setiap segment nya ku baca hampir tak ada yang terlewatkan.
Begitu banyak istilah yang baru ku dengar.
“Mujahid, dakwah , tarbiah, akhwat ikhwan dan banyak lagi istilah istilah yang tak ku mengerti”
Aku pun menyanyakan kata- kata itu kepada kakak. Dan dengan sabar dia menjelaskan nya pada ku. Aku pun mulai tertarik dengan majalah itu. Dan aku pun akhirnya tertarik kepada istilah “ROHIS” yah… itulah kata kata yang mengantarkan ku kepada jalan dakwah ini. Profile Rohis sekolah    salah satu segment yang ada di majalah itu. Ya..kalau tidak salah begitu.
Atas ketertarikanku itu aku pun bertanya kepada kakak ku. Dan dia menjelaskan tentang apa itu Rohis. Terbesit dikepalaku untuk mendirikannya disekolah ku.
Bagai gayung  bersambut, saat itu aku naik ke kelas 3. Aku berkenalan dengan beberapa teman baru yang sebelumnya kami tidak sekelas. Ketika itu seorang guru baru berpenampilan berbeda, penampilannya persis seperti penampilan kakak ku , beliau menghampiri kami. Subhanallah, dia mengajak ku dan teman teman ku untuk mendirikan ROHIS. Alhamdulillah, keinginanku terwujud. Walau tak seperti yang ku bayangkan, Rohis berjalan apa adanya dan aku berfikir ini tidak seperti Rohis yang aku baca, bukan karena mentor atau sistem nya yang salah, tapi karena teman temanku yang tak seperti yang diceritakan kakak ku. Temanku masih mau merokok diluar jam sekolah, masih mau pacaran hufhhht, tapi anehnya mereka senang dengan agenda agenda rohis yang dibuat oleh pementor kami. Walau demikian Rohis telah menjadi trend ketika itu. Event event perayaan hari besar islam yang sebelumnya tidak pernah diadakan ketika itu  menjadi ada disekolah ku. Dan banyak lagi hikmah lain berkat adanya Rohis di sekolahku.
Tapi itu tak lama, begitu fenomenalnya istilah rohis di masa itu, seketika lenyap semenjak kami lulus dari SMA itu. Pementor sekaligus guru kami yang mendirikan rohis ketika masa kami pun merasa sudah tak sanggup lagi karena tak ada siwa yang mendukung kegiatan itu, aku dengar begitu. Dan benar saja beliau pun kemudian dipindah tugaskan ke  daerah lain, maka jadilah sekolah ku tak lagi memiliki ROHIS. L
Setelah lulus SMA aku pun diterima di perguruan tinggi Negeri di provinsi ini, ketika itu aku memilih jurusan yang lumayan rumit bagi ku “FISIKA”. Semester awal , aku tak memikirkan kegiatan kegiatan lain selain belajar, belajar dan belajar. Aku tak mau prestasi ku merosot. Alhamdulillah usaha yang ku lakukan sesuai dengan hasil yang ku dapat. Tahun ke dua aku disana barulah aku mengiyakan ajakan kakak kakak senior ku di jurusan itu. Aku pun mulai aktif di UKMI (Unit Kegiatan Mahasiswa Islam). Ketika itu aku ditempatkan di staff keputrian. Ketika itulah aku merasakan manisnya  tarbiah, indahnya dakwah dan begitu luar biasanya ukhuwah.
Tahun terakhir kuliah akupun mulai menemui kendala , antara Fokus menyelesaikan skripsi , kerja sebagai tentor (tentu aku tak mau menjadi mahasiswa yang lama tamat , aku tak mau mengecewakan mama dan papa yang bersusah payah mengirimkan biaya kuliah untukku) aku tak lagi aktif di kegiatan dakwah. Aku jarang muncul di mesjid kampus, aku memilih sholat di mushola jurusan dan sibuk menjumpai dosen pembimbing skripsi. Ternyata ALLAH berkehendak lain, disaat aku ingin mengejar target tamat 4 tahun. Disaat itulah aku di uji, aku pun jatuh sakit yang membuat ku harus beristirahat berbulan –bulan. Semua target ku pun musnah, aku tak lagi punya harapan untuk selesai dalam waktu yang cepat.
Berlama-lama dalam keadaan sakit, berlama lama jauh dari lingkungan tarbiah, berlama-lama jauh dari ibadah sunnah  yaumiah karena tak ada yang mengingatkan. Membuat iman ku lemah dan mudah terperangkap jerat syaithon. Na’udzubillah.
Ketika itulah aku mulai kesal dengan teman –teman ngajiku ,
“kemana mereka saat aku begini? “
“tak tau kah mereka aku sakit?”
Sekali lagi mereka hanyalah manusia dan aku tak pantas berharap pada manusia, harusnya aku berkaca pada diri sendiri. Mungkin ini lah akibat aku menjauhkan diri dari dakwah demi cepat wisuda.
Ketika itu hari hariku terasa hampa dan aku pun terjatuh ke perangkap yang cukup jauh.
Tapi untungnya Allah segera  mengingatkan ku dengan cara Nya. Walau cukup ekstrim tapi aku benar benar tertampar dan tersadar. Setelah sembuh dari sakit ku aku segera menyelesaikan kuliahku dan aku pun menjauh dari apapun itu karena merasa malu dan aku ingin segera berlari lalu menghilang dan kembali lagi dengan wajah yang baru . Itulah yang ada dibenakku ketika itu.
Akhirnya aku wisuda tepat waktu …
Aku memilih pulang kampung walau banyak tawaran kerja yang menghampiriku di Medan.
“Aku ingin menjauh dari kenangan buruk yang ada disini”pikirku.
Allah begitu sayang pada ku,
Tak lama dikampung aku langsung ditawari mengajar di sebuah yayasan pendidikan yang dibawah asuhan kader dakwah. “Alhamdulillah” aku tak dijauhkan dari lingkungan dakwah.
Aku pun langsung diterima sebagai staff pengajar disitu. Ketika itu aku merasa terlahir kembali, aku pun memulai perjalanan ini dari awal lagi, memperbaiki diri yang kotor, menempel hati yang berlubang, dan banyak lagi. Demi menjadi pribadi yang sholeha. Itulah mengapa aku bertahan disana, sebab aku merasa terjaga dilingkaran itu.
Perjalanan dakwah ku yang seujung kuku, aku lakukan apa yang bisa ku lakukan, aku jalankan amanah sebaik yang ku bisa. Semata untuk menebus kesalahanku dan untuk kebaikan diriku dan karena lillahi ta’ala.
Allahu Akbar wa lillahilhamd.
Begitu luar biasanya Allah menjadikan scenario hidupku.
Aku tak bisa bayangkan andai aku bekerja ditempat lain dengan lingkungan yang tak seperti ini dan jauh dari lingkaran dakwah ini T_T’. Tapi Allah masih sayang padaku.
Aku ingat betul kata murobbi ku dulu, saat aku menangis dihadapannya karena merasa bersalah.
“Orang yang jatuh lalu mau bangkit dari jatuh nya dan berlari kembali mengejar ketertinggalannya itulah yang dikatakan orang hebat. Dan adek sudah melakukan langkah awal dari kehebatan itu dengan cara meninggalkan dan menyesalinya”
Bukan Karenna ingin dikatakan hebat tapi karena aku ingin menjadi lebih baik.
Sungguh dakwah ini begitu indah,ketika berjumpa dengan orang yang Qona’ah yang tak tinggi hati karena kedudukan dan tingkatan pemahamannya.
Dakwah begitu indah ketika orang yang berkain putih tak segan memeluk temannya yang berlumpur.
Dakwah begitu indah ketika berjumpa dengan saudara yang begitu sabar mencabut duri duri tajam dihati saudaranya tanpa saudaranya itu merasa tersakiti. Subhanallah.
Dakwah begitu indah ketika saudara yang satu menutup aib saudaranya yang lain, ia tak mengumbar tapi mendekati dan mentabayun dengan kelembutan hati bukan emosi diri.
Dan dakwah ini begitu indah ketika saudara yang satu bersusah susah mendukung saudara yang lain, tanpa meminta imbalan  , itu dilakukan demi satu tujuan yakni terbentuknya masyarakat yang madani dalam ikatan iman islam dan ihsan yang hakiki.
Selamat ku ucapkan kepada saudara-saudara ku yang terbangun ditengah malam mendoakan saudaranya yang lain, padahal ia bukan siapa-siapa dan ia tak mendapat apa apa walaupun secuil harta.
Semoga ALLAH meneguhkan hati kalian dan hati ku di jalan dakwah ini.
Sungguh kita disini bukan karena ingin dipandang hebat tapi karena ingin menjadi pribadi yang lebih baik. Dan semoga hakikat dakwah akan tetap murni ditangan para jiwa yang bermujahadah.
Seorang murobbi mengatakan kepada mutarobbinya,
“Orang- orang yang mengotori dakwah ini akan terseleksi dengan sendirinya. Bukan manusia yang menyeleksinya tapi Allah, maka bukan kita yang meninggalkan dakwah ini tapi dakwah ini lah yang akan meninggalkan kita , jika kita tidak benar benar dijalan ini.”
Aku ber azzam , sampai ajal menjemput aku aingin tetap berada di jalan dakwah ini.
Allahu a’lam bishowab
Aek Nabara, 2 Rabiul Akhir 1435 H



Tidak ada komentar:

Posting Komentar