Mengenal dakwah bagiku adalah sebuah anugerah,Betapa banyak manfaat yang didapat dan betapa luar biasa
hikmah yang ada dibalik perjalanan dakwah ini.
Masa itu, Aku masih duduk dibangku SMA. Masa yang labil dan
penuh godaan bagi ku. Lingkungan yang beragam adalah tantangan terberat. Masa
SMA aku memang tidak begitu memperdulikan pergaulan tapi lebih focus kepada
pelajaran , bagaimanapun papa dan mamak telah bersusah payah menyekolahkan ku
maka tak pantas rasanya jika ku abaikan amanah itu. Ketika itu aku belum
mengenal apa itu tarbiah apa itu dakwah dan apa itu rohis. Aku mengenalnya
ketika kakak pertama ku yang berkuliah di IAIN SUMUT . waktu
pertama kali aku melihatnya pulang ke kampung
dengan mengenakan jilbab besar sempat membuat ku heran. Tapi aku tak berniat
untuk menanyakan perihal itu. Aku lebih suka membahas oleh oleh yang dibawanya
, salah satunya adalah buku. Ya.. kakak ku punya banyak buku katanya harganya
murah murah disana. Jelas murah buku buku itu dibelinya di “titi gantung”
sekarang lebih dekenal dengan jalan Stasiun kereta api atau jalan Merdeka Walk.
Disana banyak terdapat buku-buku bekas dan harganya sudah pasti murah-murah.
“kak bawa buku gak?”
“Bawa tuh di tas kakak”
Kali ini dia membawa beberapa majalah “Annida”. Awalnya aku
tak mengerti perihal majalah itu. “pasti membosankan “ pikirku.
Walau begitu, aku tetap membaca majalah itu, halaman demi
halaman ku jajaki dan setiap segment nya ku baca hampir tak ada yang
terlewatkan.
Begitu banyak istilah yang baru ku dengar.
“Mujahid, dakwah , tarbiah, akhwat ikhwan dan banyak lagi
istilah istilah yang tak ku mengerti”
Aku pun menyanyakan kata- kata itu kepada kakak. Dan dengan
sabar dia menjelaskan nya pada ku. Aku pun mulai tertarik dengan majalah itu. Dan
aku pun akhirnya tertarik kepada istilah “ROHIS” yah… itulah kata kata yang
mengantarkan ku kepada jalan dakwah ini. Profile Rohis sekolah salah satu segment yang ada di majalah itu. Ya..kalau
tidak salah begitu.
Atas ketertarikanku itu aku pun bertanya kepada kakak ku.
Dan dia menjelaskan tentang apa itu Rohis. Terbesit dikepalaku untuk
mendirikannya disekolah ku.
Bagai gayung
bersambut, saat itu aku naik ke kelas 3. Aku berkenalan dengan beberapa
teman baru yang sebelumnya kami tidak sekelas. Ketika itu seorang guru baru
berpenampilan berbeda, penampilannya persis seperti penampilan kakak ku ,
beliau menghampiri kami. Subhanallah, dia mengajak ku dan teman teman ku untuk
mendirikan ROHIS. Alhamdulillah, keinginanku terwujud. Walau tak seperti yang
ku bayangkan, Rohis berjalan apa adanya dan aku berfikir ini tidak seperti
Rohis yang aku baca, bukan karena mentor atau sistem nya yang salah, tapi
karena teman temanku yang tak seperti yang diceritakan kakak ku. Temanku masih
mau merokok diluar jam sekolah, masih mau pacaran hufhhht, tapi anehnya mereka
senang dengan agenda agenda rohis yang dibuat oleh pementor kami. Walau demikian
Rohis telah menjadi trend ketika itu. Event event perayaan hari besar islam
yang sebelumnya tidak pernah diadakan ketika itu menjadi ada disekolah ku. Dan banyak lagi
hikmah lain berkat adanya Rohis di sekolahku.
Tapi itu tak lama, begitu fenomenalnya istilah rohis di masa
itu, seketika lenyap semenjak kami lulus dari SMA itu. Pementor sekaligus guru
kami yang mendirikan rohis ketika masa kami pun merasa sudah tak sanggup lagi
karena tak ada siwa yang mendukung kegiatan itu, aku dengar begitu. Dan benar
saja beliau pun kemudian dipindah tugaskan ke
daerah lain, maka jadilah sekolah ku tak lagi memiliki ROHIS. L
Setelah lulus SMA aku pun diterima di perguruan tinggi
Negeri di provinsi ini, ketika itu aku memilih jurusan yang lumayan rumit bagi
ku “FISIKA”. Semester awal , aku tak memikirkan kegiatan kegiatan lain selain
belajar, belajar dan belajar. Aku tak mau prestasi ku merosot. Alhamdulillah
usaha yang ku lakukan sesuai dengan hasil yang ku dapat. Tahun ke dua aku
disana barulah aku mengiyakan ajakan kakak kakak senior ku di jurusan itu. Aku
pun mulai aktif di UKMI (Unit Kegiatan Mahasiswa Islam). Ketika itu aku
ditempatkan di staff keputrian. Ketika itulah aku merasakan manisnya tarbiah, indahnya dakwah dan begitu luar
biasanya ukhuwah.
Tahun terakhir kuliah akupun mulai menemui kendala , antara
Fokus menyelesaikan skripsi , kerja sebagai tentor (tentu aku tak mau menjadi
mahasiswa yang lama tamat , aku tak mau mengecewakan mama dan papa yang
bersusah payah mengirimkan biaya kuliah untukku) aku tak lagi aktif di kegiatan
dakwah. Aku jarang muncul di mesjid kampus, aku memilih sholat di mushola
jurusan dan sibuk menjumpai dosen pembimbing skripsi. Ternyata ALLAH
berkehendak lain, disaat aku ingin mengejar target tamat 4 tahun. Disaat itulah
aku di uji, aku pun jatuh sakit yang membuat ku harus beristirahat berbulan –bulan.
Semua target ku pun musnah, aku tak lagi punya harapan untuk selesai dalam
waktu yang cepat.
Berlama-lama dalam keadaan sakit, berlama lama jauh dari
lingkungan tarbiah, berlama-lama jauh dari ibadah sunnah yaumiah karena tak ada yang mengingatkan. Membuat
iman ku lemah dan mudah terperangkap jerat syaithon. Na’udzubillah.
Ketika itulah aku mulai kesal dengan teman –teman ngajiku ,
“kemana mereka saat aku begini? “
“tak tau kah mereka aku sakit?”
Sekali lagi mereka hanyalah manusia dan aku tak pantas
berharap pada manusia, harusnya aku berkaca pada diri sendiri. Mungkin ini lah
akibat aku menjauhkan diri dari dakwah demi cepat wisuda.
Ketika itu hari hariku terasa hampa dan aku pun terjatuh ke
perangkap yang cukup jauh.
Tapi untungnya Allah segera
mengingatkan ku dengan cara Nya. Walau cukup ekstrim tapi aku benar
benar tertampar dan tersadar. Setelah sembuh dari sakit ku aku segera
menyelesaikan kuliahku dan aku pun menjauh dari apapun itu karena merasa malu
dan aku ingin segera berlari lalu menghilang dan kembali lagi dengan wajah yang
baru . Itulah yang ada dibenakku ketika itu.
Akhirnya aku wisuda tepat waktu …
Aku memilih pulang kampung walau banyak tawaran kerja yang
menghampiriku di Medan.
“Aku ingin menjauh dari kenangan buruk yang ada disini”pikirku.
Allah begitu sayang pada ku,
Tak lama dikampung aku langsung ditawari mengajar di sebuah
yayasan pendidikan yang dibawah asuhan kader dakwah. “Alhamdulillah” aku tak
dijauhkan dari lingkungan dakwah.
Aku pun langsung diterima sebagai staff pengajar disitu.
Ketika itu aku merasa terlahir kembali, aku pun memulai perjalanan ini dari awal
lagi, memperbaiki diri yang kotor, menempel hati yang berlubang, dan banyak
lagi. Demi menjadi pribadi yang sholeha. Itulah mengapa aku bertahan disana,
sebab aku merasa terjaga dilingkaran itu.
Perjalanan dakwah ku yang seujung kuku, aku lakukan apa yang
bisa ku lakukan, aku jalankan amanah sebaik yang ku bisa. Semata untuk menebus
kesalahanku dan untuk kebaikan diriku dan karena lillahi ta’ala.
Allahu Akbar wa lillahilhamd.
Begitu luar biasanya Allah menjadikan scenario hidupku.
Aku tak bisa bayangkan andai aku bekerja ditempat lain
dengan lingkungan yang tak seperti ini dan jauh dari lingkaran dakwah ini T_T’.
Tapi Allah masih sayang padaku.
Aku ingat betul kata murobbi ku dulu, saat aku menangis
dihadapannya karena merasa bersalah.
“Orang yang jatuh lalu mau bangkit dari jatuh nya dan berlari
kembali mengejar ketertinggalannya itulah yang dikatakan orang hebat. Dan adek
sudah melakukan langkah awal dari kehebatan itu dengan cara meninggalkan dan
menyesalinya”
Bukan Karenna ingin dikatakan hebat tapi karena aku ingin
menjadi lebih baik.
Sungguh dakwah ini begitu indah,ketika berjumpa dengan orang
yang Qona’ah yang tak tinggi hati karena kedudukan dan tingkatan pemahamannya.
Dakwah begitu indah ketika orang yang berkain putih tak
segan memeluk temannya yang berlumpur.
Dakwah begitu indah ketika berjumpa dengan saudara yang
begitu sabar mencabut duri duri tajam dihati saudaranya tanpa saudaranya itu
merasa tersakiti. Subhanallah.
Dakwah begitu indah ketika saudara yang satu menutup aib
saudaranya yang lain, ia tak mengumbar tapi mendekati dan mentabayun dengan
kelembutan hati bukan emosi diri.
Dan dakwah ini begitu indah ketika saudara yang satu
bersusah susah mendukung saudara yang lain, tanpa meminta imbalan , itu dilakukan demi satu tujuan yakni
terbentuknya masyarakat yang madani dalam ikatan iman islam dan ihsan yang
hakiki.
Selamat ku ucapkan kepada saudara-saudara ku yang terbangun
ditengah malam mendoakan saudaranya yang lain, padahal ia bukan siapa-siapa dan
ia tak mendapat apa apa walaupun secuil harta.
Semoga ALLAH meneguhkan hati kalian dan hati ku di jalan
dakwah ini.
Sungguh kita disini bukan karena ingin dipandang hebat tapi
karena ingin menjadi pribadi yang lebih baik. Dan semoga hakikat dakwah akan
tetap murni ditangan para jiwa yang bermujahadah.
Seorang murobbi mengatakan kepada mutarobbinya,
“Orang- orang yang mengotori dakwah ini akan terseleksi
dengan sendirinya. Bukan manusia yang menyeleksinya tapi Allah, maka bukan kita
yang meninggalkan dakwah ini tapi dakwah ini lah yang akan meninggalkan kita ,
jika kita tidak benar benar dijalan ini.”
Aku ber azzam , sampai ajal menjemput aku aingin tetap
berada di jalan dakwah ini.
Allahu a’lam bishowab
Aek Nabara, 2 Rabiul Akhir 1435 H